“Bagaimana rencana kita yang kemarin? Jadi atau tidak?” Tanya Ocha.
“Ya.. aku usahain deh. Habisnya aku bingung mau kasih apa,” pikir Maria.
“Gitu aja kok repot. Pokoknya harus jadi, yah,” Ocha sewot.
Teman-temanku sibuk ngurusin hari yang dianggap semua orang penting. Mereka beruntung masih diberi pasangan. Jadi, mereka masih bisa tukeran kado sama pacar mereka. Aku benar-benar bingung. Sebenarnya apa sih spesialnya hari valentine. Itu kan cuma hari biasa aja. Masa hari kasih sayang cuma sehari. Harusnya setiap hari juga bisa.“Ya.. aku usahain deh. Habisnya aku bingung mau kasih apa,” pikir Maria.
“Gitu aja kok repot. Pokoknya harus jadi, yah,” Ocha sewot.
“Teman-teman aku duluan yah!” aku benar-benar ingin pulang. Tidak mau lagi mendengar tentang kadolah, hari valentine lah, atau pacarlah.
“Iya, Fi. Hati-hati yah,” jawab Maria.
Sampaikan Kepada Tuhan Seuntai Kata Sayang Aku secepat kilat pulang ke rumah. Ketika sampai, kulihat mamaku sedang menyiapkan untuk makan malam. Aku lalu masuk ke kamar dan berbaring di tempat tidur. Terus terang aku benar-benar tidak habis mengerti mengapa semua orang mengutamakan hari kasih sayang itu. Hari yang sama sekali tidak tercantum di kalender. Tapi sangat bisa membuat heboh semua orang. Di toko-toko, semua barang terjual habis dengan warna pink. Sungguh warna karakteriristik valentine.
“Lufi..ayo makan,” mama berteriak memanggilku.
“Iya ma..,” jawabku. Aku bergegas ke ruang makan. Selesai makan, semua keluargaku sibuk membicarakan hari valentine. Benar-benar konyol. Sampai-sampai mama dan papa juga ikut-ikutan. Kalau kakakku tidak jadi masalah. Dia masih muda. Terkadang ada sebersit rasa iri yang timbul ketika mereka mengagung-agungkan valentine itu. Segitu pentingnya, sampai-sampai aku tak dihiraukan.
Esok harinya, tepat tanggal 14 Februari Ocha dan Maria mengajakku ikut mereka ke pantai. Pertama sih, aku keberatan. Soalnya mereka membawa soulmate mereka masing-masing. Sedangkan aku sendiri seorang jomblowati. Tapi setelah sekian lama aku dibujuk, akhirnya hatiku luluh juga. Dengan muka yang agak lumayan jengkel aku menaiki mobil.
Ketika sampai, kami semua pun bersenang-senang. Kulihat teman-temanku sangat senang. Mereka hunting photo dan bermain kejar-kejaran. Sesekali aku juga ikut bermain. Ketika letih, aku langsung istirahat dan duduk di pasir. Pandanganku tertuju pada teman-temanku yang sedang bercanda ria dengan pacar mereka.
Aku mengangguk. Menyungging senyum yang selama satu hari kemarin sulit aku tebarkan. Rasanya aku mulai mengerti mengapa orang begitu mengagungkan hari valentine. Ternyata ada sesuatu yang special yang tidak akan pernah terjadi pada hari-hari biasa. Memang, terkadang begitu sulit menebak jalan pikiran orang mengenai hari valentine.
Tiba-tiba dipikiranku muncullah sebuah ide. Reflek, mataku berbinar. Bergegas aku mencari sebuah botol. Lalu aku mengambil kertas dan kutulis beberapa kalimat.
“Terima kasih Tuhan tlah memberi kebahagiaan untukku. Tlah memberi teman yang bisa membuatku mengerti betapa besarnya hikmah dibalik hari ini. Sayangku slalu Untuk-Mu”
Aku memasukkan kertas itu ke dalam botol. Biarlah aku tidak merayakan hari kasih sayang bersama orang yang special. Tapi aku senang, aku bisa merayakannya bersama Tuhan yang ku sayangi, Allah swt. Sungguh sangat menakjubkan.
Lambat laun botol yang ku lepaskan ke laut perlahan-lahan tidak kelihatan lagi. Pergi bebas ke laut lepas. Aku berbisik “semoga saja sampai di Tangan-Mu, Tuhan.”